Ketika si bos meminta Anda untuk melakukan pekerjaan tambahan yang
mungkin tidak berkaitan dengan pekerjaan utama Anda, apa yang akan Anda
lakukan? Bersungut-sungutkah? Atau malah menganggap hal itu adalah
tantangan baru untuk Anda?
Ada beberapa tipe perilaku karyawan ketika dihadapkan dengan situasi
tersebut. Masing-masing tipe ternyata juga mempengaruhi prestasi di
kantor. Karena perilaku ini berhubungan erat dengan produktivitas Anda,
serta hubungan Anda dengan lingkungan di kantor. Selain itu perilaku
Anda jelas akan mempengaruhi penilaian si bos terhadap kinerja Anda.
Nah, termasuk tipe yang manakah Anda? Silakan Anda cek sendiri.
1. Tipe Job Lover: “Tugas baru, tantangan baru. Pekerjaan yang menarik!”
Anda tahu tahu tentang sejarah perkembangan tempat Anda bekerja.
Anda pun tidak sungkan melewatkan waktu rehat makan siang dengan tetap
asik bekerja. Selain punya banyak teman dan relasi yang seprofesi, Anda
juga rela memanfaatkan waktu untuk belajar dan menambah pengetahuan di
bidang pekerjaan Anda.
Tipe pekerja seperti ini menganggap setiap pekerjaannya sebagai
tantngan yang mengasikkan, walaupun terkadang menyita banyak waktu.
Hebatnya lagi, tipe ini jarang sekali mengeluhkan pekerjaannya.
Cenderung perfeksionis dan tidak mudah berpuas diri. Mereka juga tidak
sungkan untuk menawarkan diri membantu rekannya yang lain. Satu hal yang
perlu diingat untuk tipe ini, work hard, play harder. Jika stress
semakin meninggi, tubuh Anda bisa ikut terpengaruh. Maka jangan lupa
untuk sesekali bersantai dari pekerjaan Anda.
2. Tipe Job Doer: “Baik, akan saya kerjakan tugasnya”
Tipe ini bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan, suka atau
tidak. Semua pekerjaannya akan diselesaikan hingga tuntas karena mereka
merasa itu adalah tanggung jawabnya. Namun setelah pekerjaan selesai
mereka memilih untuk bersenang-senang dibandingkan berurusan dengan
pekerjaan, sampai diberi tugas selanjutnya. Pekerja tipe ini juga jarang
mengeluhkan pekerjaannya. Intinya bagi mereka, jika diberi tugas,
kerjakan dengan baik hingga tuntas.
Sisi baik tipe ini mereka dapat menyeimbangkan antara waktu bekerja
dengan waktu bersenang-senang. Buruknya, mereka cenderung pasif. Mereka
kurang mempunyai inisiatif untuk bertanya apakah mereka bisa mengerjakan
sesuatu yang lain. Job Doer menganggap setiap karyawan sudah diberikan
posri sesuia jabatan dan posisi masing-masing. Tapi bukan berarti mereka
tidak bersedia untuk membantu rekan kerjanya, justru mereka selalu siap
dan bisa diandalkan.
3. Tipe Job Hater: “Duh, kenapa tugas saya banyak sekali sih?”
Tipe ini akan selalu mengeluhkan pekerjaan mereka. Bagi mereka
diberi tugas apapun akan dikerjakan dengan tambahan keluhan disana-sini.
Mereka rajin dalam mengkritik perusahaan, komplain tentang kebijakan
perusahaan atau tugasnya. Mereka mungkin tidak akan menunujukkan
sikapnya di depan si bos. Terkadang sasaran mereka adalah rekan kerja di
sebelah mereka sendiri. Pada akhirnya mereka mungkin akan menyelesaikan
pekerjaan tersebut, tetapi keluhan-keluhan tersebut akan terus
terlontar bahkan setelah selesai.
Sikap ini mungkin timbul karena mereka sebenarnya tidak mencintai
pekerjaan mereka. Padahal sebagai karyawan sudah menjadi kewajiban untuk
mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik dan semaksimal mungkin.
Mencintai pekerjaan sangat penting. Apabila cinta itu tak kunjung
datang, ada baiknya untuk memikirkan jalan keluar seperti resign dari
kantor tersebut lalu mengejar cita-cita sesuai minat dan bakat Anda.
Setiap pekerjaan akan terasa ringan apabila dikerjakan dengan hati yang
senang. Daripada menularkan energi negatif, lebih baik pancarkan energi
positif.
4. Tipe Job What? “Saya tidak tahu harus bagaimana caranya menyelesaikan tugas ini!”
Tipe ini sebenarnya tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika
menerima suatu tugas. Jangankan untuk mengeluh, mereka bahkan tidak tahu
harus memulai dari mana. Mereka tidak menguasai bidang pekerjaan mereka
sendiri.
Sebabnya mungkin ketidaksengajaan. Tidak sengaja terjerumus dalam
suatu bidang pekerjaan bisa disebabkan karena mereka terpaksa karena
tidak ada pilihan bidang lain. Tidak ada salahnya untuk mengambil
kesempatan, asalkan giat untuk mencari tahu dan belajar dari nol. Mereka
dapat belajar dari kesalahan dan pengalaman orang lain, walau
membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Orang sukses dan hebat justru
harus memulai dari nol, bukan dengan cara yang instan, kan?
Sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar