Rabu, 09 Januari 2013

4 Tipe Perilaku Karyawan

Ketika si bos meminta Anda untuk melakukan pekerjaan tambahan yang mungkin tidak berkaitan dengan pekerjaan utama Anda, apa yang akan Anda lakukan? Bersungut-sungutkah? Atau malah menganggap hal itu adalah tantangan baru untuk Anda?
Ada beberapa tipe perilaku karyawan ketika dihadapkan dengan situasi tersebut. Masing-masing tipe ternyata juga mempengaruhi prestasi di kantor. Karena perilaku ini berhubungan erat dengan produktivitas Anda, serta hubungan Anda dengan lingkungan di kantor. Selain itu perilaku Anda jelas akan mempengaruhi penilaian si bos terhadap kinerja Anda.
Nah, termasuk tipe yang manakah Anda? Silakan Anda cek sendiri. 


1. Tipe Job Lover: “Tugas baru, tantangan baru. Pekerjaan yang menarik!”
Anda tahu tahu tentang sejarah perkembangan tempat Anda bekerja. Anda pun tidak sungkan melewatkan waktu rehat makan siang dengan tetap asik bekerja. Selain punya banyak teman dan relasi yang seprofesi, Anda juga rela memanfaatkan waktu untuk belajar dan menambah pengetahuan di bidang pekerjaan Anda.
Tipe pekerja seperti ini menganggap setiap pekerjaannya sebagai tantngan yang mengasikkan, walaupun terkadang menyita banyak waktu. Hebatnya lagi, tipe ini jarang sekali mengeluhkan pekerjaannya. Cenderung perfeksionis dan tidak mudah berpuas diri. Mereka juga tidak sungkan untuk menawarkan diri membantu rekannya yang lain. Satu hal yang perlu diingat untuk tipe ini, work hard, play harder. Jika stress semakin meninggi, tubuh Anda bisa ikut terpengaruh. Maka jangan lupa untuk sesekali bersantai dari pekerjaan Anda. 


2. Tipe Job Doer: “Baik, akan saya kerjakan tugasnya”
Tipe ini bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan, suka atau tidak. Semua pekerjaannya akan diselesaikan hingga tuntas karena mereka merasa itu adalah tanggung jawabnya. Namun setelah pekerjaan selesai mereka memilih untuk bersenang-senang dibandingkan berurusan dengan pekerjaan, sampai diberi tugas selanjutnya. Pekerja tipe ini juga jarang mengeluhkan pekerjaannya. Intinya bagi mereka, jika diberi tugas, kerjakan dengan baik hingga tuntas.
Sisi baik tipe ini mereka dapat menyeimbangkan antara waktu bekerja dengan waktu bersenang-senang. Buruknya, mereka cenderung pasif. Mereka kurang mempunyai inisiatif untuk bertanya apakah mereka bisa mengerjakan sesuatu yang lain. Job Doer menganggap setiap karyawan sudah diberikan posri sesuia jabatan dan posisi masing-masing. Tapi bukan berarti mereka tidak bersedia untuk membantu rekan kerjanya, justru mereka selalu siap dan bisa diandalkan. 


3. Tipe Job Hater: “Duh, kenapa tugas saya banyak sekali sih?”
Tipe ini akan selalu mengeluhkan pekerjaan mereka. Bagi mereka diberi tugas apapun akan dikerjakan dengan tambahan keluhan disana-sini. Mereka rajin dalam mengkritik perusahaan, komplain tentang kebijakan perusahaan atau tugasnya. Mereka mungkin tidak akan menunujukkan sikapnya di depan si bos. Terkadang sasaran mereka adalah rekan kerja di sebelah mereka sendiri. Pada akhirnya mereka mungkin akan menyelesaikan pekerjaan tersebut, tetapi keluhan-keluhan tersebut akan terus terlontar bahkan setelah selesai.
Sikap ini mungkin timbul karena mereka sebenarnya tidak mencintai pekerjaan mereka. Padahal sebagai karyawan sudah menjadi kewajiban untuk mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik dan semaksimal mungkin. Mencintai pekerjaan sangat penting. Apabila cinta itu tak kunjung datang, ada baiknya untuk memikirkan jalan keluar seperti resign dari kantor tersebut lalu mengejar cita-cita sesuai minat dan bakat Anda. Setiap pekerjaan akan terasa ringan apabila dikerjakan dengan hati yang senang. Daripada menularkan energi negatif, lebih baik pancarkan energi positif. 


4. Tipe Job What? “Saya tidak tahu harus bagaimana caranya menyelesaikan tugas ini!”
Tipe ini sebenarnya tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menerima suatu tugas. Jangankan untuk mengeluh, mereka bahkan tidak tahu harus memulai dari mana. Mereka tidak menguasai bidang pekerjaan mereka sendiri.
Sebabnya mungkin ketidaksengajaan. Tidak sengaja terjerumus dalam suatu bidang pekerjaan bisa disebabkan karena mereka terpaksa karena tidak ada pilihan bidang lain. Tidak ada salahnya untuk mengambil kesempatan, asalkan giat untuk mencari tahu dan belajar dari nol. Mereka dapat belajar dari kesalahan dan pengalaman orang lain, walau membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Orang sukses dan hebat justru harus memulai dari nol, bukan dengan cara yang instan, kan?
Sumber: Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar